Biografi Sugeng Prayitno
Biografi Lengkap Sugeng Prayitno: Dari Luka Menuju Amanah Kesadaran
Sugeng Prayitno lahir dari pasangan Ngadimin dan Sokinem, keluarga petani sederhana di pelosok Lampung. Ibunya wafat saat ia masih balita, meninggalkan luka pertama yang mengubah seluruh arah hidupnya. Sejak kecil, ia sudah belajar bekerja membantu orang tua. Mulai mencati pasir, batu, mencari kayu bakar, dan mencari rumput demi membantu orang tua bertahan hidup di desa Harjobinangun, Sleman.
Ketika duduk di bangku kelas 5 SD, Sugeng memilih ikut keluarga angkat agar bisa bersekolah lebih layak. Tinggal bersama M. Sukardi – Hj. Sumirah, seorang lurah, membuka akses tak langsung pada ilmu politik, sosial, dan pemerintahan. Dari ruang tamu tempat ia membuatkan minuman tamu-tamu sang lurah, ia mendengar berbagai perbincangan penting yang membentuk pemikirannya.
Sugeng dikenal sebagai siswa matang dan pemimpin sejak kecil—ketua OSIS, ketua rohis, dan peserta seminar kampus meski belum menjadi mahasiswa. Ia menjelajahi banyak kota di Indonesia dan pernah duduk bersebelahan dengan Gus Dur dalam perjalanan, sebuah momen yang memperdalam dimensi spiritual dan intelektualnya.
Ia bertemu dengan tiga sosok berpengaruh: ideolog Islam tanpa kompromi, nasionalis tulen, dan tokoh jaringan asing. Namun Sugeng tidak terpecah—ia memadukan semua itu menjadi satu jalan: mencintai Indonesia secara utuh, dalam bingkai kesadaran. Ia menolak miliaran rupiah dari jaringan asing karena bagi dirinya, uang bisa dicari, tanah air tidak bisa diganti.
Dari pengalaman sebagai cleaning service, pengantar makanan, staf keuangan, hingga trainer forex, Sugeng tidak hanya mencari penghasilan, tapi pelajaran. Ia kini membaktikan hidupnya untuk menyusun Sistem Indonesia Emas, sebuah rancangan kebangkitan bangsa berbasis aqidah, akal sehat, dan sistem yang benar.
“Aku tidak sedang menuntut kemenangan, namun sedang menunaikan amanah kesadaran.”
— Sugeng PrayitnoCatatan: Biografi ini adalah bagian dari buku induk Sistem Indonesia Emas yang dapat Anda pesan melalui donasi cetak Rp750.000.
